Senin, 16 November 2015

Agar Metabolisme Tak Terganggu, Turun Bobot Maksimal 2 Kg per Bulan

Agar Metabolisme Tak Terganggu, Turun Bobot Maksimal 2 Kg per Bulan


Demi mendapatkan berat badan normal, mau tidak mau seseorang harus menjalani program diet. Hanya saja, tak jarang ada orang yang berdiet dengan ekstrem. Padahal, disarankan dalam seminggu, berat badan turun sekitar 0,5 kg.

"Kalau diet turunnya drastis sebetulanya tidak awet karena berpotensi jadi diet yoyo. Berat badannya kembali lagi ke awal, naik lagi, itu justu lebih berbahaya," tutur Prof Dr Made Astawan, MS di sela-sela Media Briefin Indonesia SeGar di Luna Negra Resto, Plaza Bapindo, Jakarta, Senin (16/11/2015).

Mengapa berbahaya? menurut Prof Made ketika metabolisme tubuh berubah saat program penurunan berat badan dilakukan, juga terjadi penyesuaian hormon dan enzim-enzim dalam tubuh yang digunakan oleh organ-organ tubuh.

Sehingga, saat terjadi penyesuaian metabolisme, organ-organ tubuh pun mengalami penyesuaian. Ketika turun bobot terlalu drastis, organ tubuh bisa 'kaget' dan berisiko menimbulkan gangguan pada organ tersebut.

"Organ tubuh kita kan menyesuaikannya lambat. Kalau terlalu drastis turunnya karena diet terlalu ekstrem, ya bisa saja terjadi gangguan pada organ, tergantung organ mana yang kena," lanjut Prof Made.

Untuk menurunkan bobot 1,5 kg per minggu, Prof Made menyarankan kurangi energi yang masuk ke tubuh 500 kkal perhari dan dibagi dalam tiga kali makan. Misalkan biasa mengasup 2.500 kkal, pangkas jumlahnya menjadi 2.000 kkal dengan begitu bisa turun 0,5 kg per minggu. Jumlah mengurangi 500 kkal, misalkan untuk jumlah nasi dikatakan Prof Made sekitar seperempat piring yang dikurangi.

Baca juga : Menurunkan berat badan secara alami dengan cara melakukan detox tubuh.

Namun, jangan lupa seimbangkan pula dengan aktivitas fisik. Terkait obesitas, Prof Made pun mengingatkan meski seseorang tidak kelebihan berat badan, ia bisa mengalami obesitas sentral di mana banyak lemak yang tertimbun di area perut. Tanda obesitas sentral yaitu jika lingkar pinggang di atas 88 cm pada wanita dan 102 cm pada pria.

Dalam kesempatan sama, dr Simon Salim, MKes, SpPD, AIFO dari RS Cipto Mangunkusumo menegaskan orang obesitas sentral belum tentu kelebihan berat badan tapi orang yang kelebihan berat badan biasanya mengalami obesitas sentral. Pada orang dengan obesitas sentral, risiko hipertensi meningkat 33% jika ditambah overweight. Ketika tidak disertai overweight, risikonya meningkat 18%. Sementara, risiko diabetes menjadi dua kali lipat.

Untuk memangkas lemak di perut, menurut Prof Made prinsipnya sama dengan orang yang ingin menurunkan berat badan yakni aktif bergerak dan kurangi jumlah kalori yang masuk. Hanya saja, mengenyahkan lemak di bagian bawah tubuh, dalam hal ini perut, dikatakan Prof Made prosesnya memang lebih lambat.

Prof Made berpesan, kombinasikan pola makan baik dengan aktivitas fisik. Patut diingat pula tidak ada satu makanan atau minuman tunggal yang menyebabkan obesitas. Untuk mencegah obesitas, terapkan prinsip energy balance di mana energi yang masuk sama dengan yang keluar. Lalu, jangan lupa rajin cek berat badan.

"Sehingga, kita bisa mengukur indeks massa tubuh dengan rumus berat badan dalam satuan kg dibagi dengan tinggi badan dalam ukuran meter pangkat dua. Kalau hasilnya kurang dari 18 itu kurus, normal itu di angka 18,5-24,9, kelebihan berat badan di angka 25-27, dan kalau obesitas nilainya di atas 27," tutur Prof Made.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar